Galih Gumelar Center ::.::.:: Graha Glest, Jl. Utama Ujung 334 Komp. P&K Cipondoh Indah Tangerang Banten Indonesia 15148 ::.:.::... Donasikan sebagian rezeki anda di Donasi aura insani ::::... Info Donasi Hub : 021-70522100, 5549023 :::..

Minggu, 22 Juni 2008

Selamat Datang Ya Ramadhan

Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.
Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.

Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.

Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.

Cara Puasa Ramadhan

MASYRU'IYAT PUASA RAMADHAN

"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).
1. Puasa Ramadhan hukumnya Fardu `Ain
2. Puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA

1. Bulan Ramadhan adalah:
a. Bulan yang penuh Barakah.
b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri.

2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :

a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah.

RUKUN PUASA

a. Berniat sejak malam hari
b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (Maghrib),

Wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.

YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN

Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.

Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena :
a). Umurnya sangat tua dan lemah.
b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa.
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa.
c. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
d. Datang bulan di siang hari Ramadhan ( sebelum waktu masuk Maghrib)

HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA

a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh.
c. Berbekam pada siang hari.
d. Mencium, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari (hukumnya makruh)
e. Beristinsyak (menghirup air kedalam hidung) terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya.
f. Disuntik di siang hari.
g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.

ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN
1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib.
Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti rutob (kurma muda), kurma dan air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat.
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu.
c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : "Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah."

2. Makan sahur. Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh.
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh.

3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an
4. Menegakkan shalat malam/shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir (20 hb. sampai akhir Ramadhan). Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama'ah.
b. Salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at.
c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan.
d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad.
e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir.

5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada pengampunan maka ampunilah aku.
6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir.
7. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran.

Cara i'tikaf:
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid.
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak.
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf.

Puasa Ramadhan

"Hai orang-orang beriman! Puasa diwajibkan atasmu sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa.
(Menjalankannya) dalam beberapa hari tertentu, tapi jika salah seorang di antaramu sakit atau dalam perjalanan, maka (diwajibkan atasnya mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari yang lain. Dan bagi mereka yang kesusahan menjalankannya (semisal, karena lanjut usia), maka diwajibkan memberi makan seorang miskin (membayar fidyah, tebusan). Namun, barangsiapa yang dengan rela mengerjakan kebaikan, maka hal ini lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Bulan Ramadan yang pada bulan itu diturunkan al-Qur`an, sebuah petunjuk bagi manusia dan bukti-bukti nyata bagi petunjuk itu serta standar ukuran (untuk membedakan yang benar dan yang salah). Maka, barangsiapa di antaramu menyaksikan (bulan sabit sebagai tanda malam pertama) bulan Ramadan (di tempat tinggalnya), haruslah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (sehingga meninggalkan puasa), maka (diwajibkan atasnya mengganti puasa) sebanyak hari-hari (yang ditinggalkan) pada hari-hari yang lain (hari-hari selain bulan Ramadan). Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan Dia tak menghendaki kesukaran bagimu. (Dia ingin) agar kamu menyempurnakan jumlah yang sama (jumlah hari pada bulan Ramadan), dan agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang telah diberikan kepadamu, dan agar kamu berterima kasih" (Q., s. al-Baqarah/2: 183-185).

Al-Bukhârî dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis Qudsi dari Abû Hurairah yang artinya "Setiap kebaikan diganjar dengan sepuluh sampai tujuh ratus kebaikan serupa, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan mengganjarnya."

Jelas, pahala puasa tak terhenti pada suatu batas. Pahalanya melebihi standar hitungan dan taksiran. Puasa merupakan indikasi keikhlasan terbesar. Puasa juga merupakan manifestasi ketabahan dan kesabaran. Allah berfirman: "Hanya orang-orang penyabarlah yang akan mendapatkan pahala sepenuhnya, tiada terhitung" (Q., s. al-Zumar/39: 10).

Keduanya juga meriwayatkan hadis senada, masih dari Abû Hurairah, dari Rasulullah saw., beliau bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamannya, sungguh! Bau busuk mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada harumnya parfum misk. Allah Yang Maha Agung berfirman: 'Sesungguhnya orang yang puasa meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena-Ku, maka puasanya adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang akan mengganjarnya'."

Bukti terkuat atas keutamaan puasa adalah bau busuk mulut orang yang berpuasa. Bau busuk ini terjadi karena perubahan yang disebabkan puasa dan meninggalkan makan.

Tiada lagi bau harum, tak ada rasa sedap yang tersisa, bahkan bau mulut yang oleh kebiasaan tak disukai, hal itu di sisi Allah lebih harum dan lebih baik. Itu adalah bau yang paling harum dari orang berpuasa, lebih harum dibanding bau parfum misk yang biasa dipakai manusia.

Al-Bukhârî juga meriwayatkan sebuah hadis dari Mâlik, dari Abû Zanâd, dari al-A'raj, dari Abû Hurairah ra., dari Rasulullah saw.: "Puasa adalah benteng. Jika salah seorang di antaramu berpuasa, maka jangan berkata-kata kotor-yaitu jangan mengatakan ucapan yang tak sepantasnya diucapkan (karena tak senonoh atau jorok), dan jangan berlaku bodoh, seperti berbuat gaduh, takabur, arogan, dan congkak-dan jika seseorang memusuhinya atau mengejeknya, maka katakanlah: 'Sesungguhnya saya puasa. Sesungguhnya saya puasa'."

Maksud ungkapan "puasa adalah benteng" berarti: puasa merupakan pelindung dan penjaga dari kemaksiatan dan dari siksaan di hari Akhir.

Dari al-Ahnaf ibn Qays, dikatakan kepadanya: "Engkau sudah tua renta dan puasa akan membuatmu lemah". Al-Ahnaf menjawab: "Saya menyiapkannya untuk perjalanan yang panjang; bersabar dalam ketaatan kepada Allah swt. lebih ringan dari pada bersabar atas siksa-Nya."

Kedudukan dan Keutamaan Puasa dalam Agama dan Kehidupan

Puasa termasuk salah satu ajaran terpenting Islam. Rasulullah saw. menegaskan bahwa puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang menjadi pilar agama ini. Nabi saw. bersabda: "Islam dibangun di atas lima pilar: Kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat, membayar zakat, puasa Ramadan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuh perjalanannya".

Karena pentingnya puasa, tingginya kedudukan, dan besarnya manfaat bagi jasmani dan mental itulah Allah mewajibkan puasa kepada manusia melalui ajaran Islam. Juga, melalui ajaran-ajaran samawi terdahulu, sebelum Islam. Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:

"Hai orang-orang beriman! Puasa diwajibkan atasmu sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa" (QS. al-Baqarah/2: 183).

Puasa merupakan penyucian jiwa, peninggian spirit; mengajarkan kepada manusia bagaimana mengangkat diri dari derajat hewan yang kebutuhannya hanya memenuhi perut; makan dan minum, mengajarkan kepada manusia bagaimana meninggikan diri mereka sampai ke derajat para malaikat yang menjadikan kedekatan kepada Allah, ibadah, dan takwa kepada-Nya sebagai makanan bagi ruh mereka. Puasa mendidik untuk membiasakan sifat sabar, mengekang hawa nafsu, membiasakan untuk menanggung beban berat, dan tabah dalam menghadapi liku-liku kehidupan.

Puasa menumbuhkan keutamaan sifat amanah dan ikhlas dalam berbuat; beribadah hanya karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dan mencari muka.

Puasa merupakan penjernihan jiwa dari noda-noda dunia dan godaan-godaannya; puasa merupakan pembebas jiwa dari jeratan kenikmatan dan keasyikan rendah dunia. Sehingga, melimpahnya materi tak akan mendominasi dan menguasai perilaku manusia dalam kehidupan ini. Bahkan perilaku terpuji dan daya spiritual luhurlah yang akan mendominasi kehidupan ini. Dengan hal itu, terwujud lah persaudaraan dan kecintaan manusia, juga terealisasi kerjasama antara individu dan masyarakat-suatu hal yang tak ditemukan pada kehidupan materialistis yang didengungkan bangsa-bangsa dunia saat ini, karena pengenyampingannya terhadap sisi spiritual-dan darinya lah diperoleh kemauan untuk hidup damai, aman, saling kerjasama dan mencinta.

Inilah spiritual tinggi, dan inilah kebijaksanaan-kebijakasanaan yang mengagumkan. Itulah sebagian keistimewaan dan buah puasa. Hal ini telah tunjukkan oleh al-Qur`an dalam ayat puasa dengan firman-Nya: "... agar kamu menjadi orang yang bertakwa" (QS. al-Baqarah/2:183). Nabi saw juga menunjukkan hal senada dalam sabdanya: "Puasa adalah benteng". Puasa membangkitkan kekuatan hati, ketakwaan hati, juga ketundukan kepada Allah semata. Puasa memadamkan beban-beban jiwa, semisal dengki, dendam, egois, angkuh dan sombong, dan menjaga jiwa dari tergelincir bersama hawa nafsu, dari kecenderungan memaksa dan sewenang-wenang, juga melindungi jiwa dari kekejian, tindakan amoral dan asusila.

Benar, puasa adalah sebaik-baik pendidik bagi manusia melalui hati yang jernih dan ikhlas dalam berbuat, juga melalui kesungguhan, kemantapan dan kuatnya niat. Keutamaan-keutamaan ini, semuanya adalah sumber kebaikan dan dasar dari sifat-sifat terpuji.

Seseorang yang mengekang dirinya sepanjang hari dari kebiasaan-kebiasaannya, seperti makan dan minum, dan dari keinginan-keinginan syahwat-seperti kenikmatan yang dihalalkan oleh Allah pada saat-saat selain puasa-, maka barangsiapa mengekang dirinya dari hal-hal halal semacam ini karena ketaatan kepada Allah, mematuhi hukum-hukum Allah, dan bermaksud untuk memperoleh ridha-Nya, tak syak lagi, ia akan mampu menahan dirinya dari hal-hal yang haram. Juga akan mampu menahan dirinya dari segala sesuatu yang dimurkai Allah.

Begitu pula perilakunya dalam masyarakat dan hubungannya dengan orang lain akan dijalani dengan penuh kejujuran, amanat, mentaati kesepakatan, menepati janji, tak berdusta dan tak suka bertengkar. Ia juga tak akan menipu, dan tiada berkhianat. Bahkan atas nama agama dan kehormatannya ia akan menjauhkan diri dari segala bentuk kemungkaran dan perilaku kotor, juga segala sesuatu yang dapat menghilangkan kehormatan, kemulian, dan keluhuran cita-citanya.

Inilah manfaat-manfaat puasa bagi manusia dengan kesehatan tubuh dan jasad mereka. Puasa baginya adalah pemelihara, penjaga kekuatan, pembersih organ-organ tubuh dari pengaruh cairan-cairan yang berbahaya-diungkapkan oleh paramedis bahwa ada cairan-cairan di dalam tubuh yang dapat menyebabkan kelainan dan penyakit.

Menyambut Ramadhan

Ramadhan kita anggap sebagai tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Apa saja perkara yang harus di persiapkan menjelang kedatangannya tamu tersebut?
Persiapan Menyambut Kedatangan ‘Tamu Istemewa’.

Saudaraku yang mulia !. Ramadhan boleh kita anggap sebagai tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Apa saja perkara yang harus di persiapkan menjelang kedatangannya tamu tersebut?

Pertama adalah dengan bertaubat nasuha, yaitu dengan menyesali perbuatan buruk yang telah kita lakukan seraya meminta ampun kepada Dzat Yang Maha Pengampun secara sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kita sambut Ramadhan dengan janji kepada Allah untuk selalu berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama-Nya, menyerahkan jiwa raga dan harta benta di jalan Allah. "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka bahwa untuk mereka akan mendapatkan sorga".

Kedua dengan meyakinkan diri kita bahwa kemuliaan, derajat tinggi dan kejayaan yang haqiqi tidak akan tercapai kecuali dengan iman dan hanya bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah:

"Janganlah kamu merasa hina diri dan bersedih hati, kamu semua adalah orang-orang yang berpangkat tinggi jika kamu adalah orang-orang yang beriman.(sungguh-sungguh)”.

Dalam ayat yang lain:

“Hanya milik Allah,segala kemuliaan dan rasulNya dan orang-orang yang beriman”.

Apabila perasaan ini telah ada dalam diri kita maka kita tidak akan dihinggapi perasaan hina, pesimis dan putus asa dengan rahmatnya Allah. Termasuk kewajiban kita dalam menyambut tamu adalah mengetahui derajat dan pangkat ‘tamu’ tersebut. Di antara derajat yang dimiliki bulan Ramadhan bahwa di dalamnya terdapat malam yang lebih mulia dari seribu bulan, di dalam bulan ini juga terlukis sejarah kemenangan umat islam; kemenangan umat Islam dalam perang Badar terjadi pada bulan ini; di taklukkanya kota Makkah oleh kaum muslimin; dibebaskanya Masjidil Aqso dari tangan yahudi setelah melalui peperangan sengit di bawah komando jenderal An-nasir Sholahuddin juga pada bulan ini. Semoga dengan bulan penuh berkah ini pula merupakan akhir dari kebiadaban musuh-musuh Islam dan awal dari kemerdekaan dan kemenangan saudara-saudara kita yang ada di Palestina, Kashmir, Irak maupun di bumi Islam lainnya yang saat ini masih terjajah dan tertindas.

Ketahuilah, bahwa untuk mencapai kehormatan dan kemuliaan, sangat tergantung seberapa kuat keimanan kita kepada Allah. Kalau diantara kita ada yang merasa hidupnya hina atau tertindas itu terkadang karena kualitas keimanan kita yang masih lemah dan kurang. Karena kemenangan dan kekuatan dalam diri kita hanya diberikan oleh Allah kepada kita yang mempunyai keimanan yang kuat dan sempurna.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya kami akan menolong para rasul dan orang-orang beriman di dunia dan di akherat”. Barang siapa imanya tipis maka sedikit pula jatahnya untuk menerima pertolonga n Allah. Untuk itu, sewajarnya kita harus bisa memanfaatkan bulan Ramadhan ini sebaik-baiknya untuk memperbarui keimanan kita dengan berpegang teguh kepada ajaran Allah.

Ketiga: bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan kembali kepada Allah. Kelalaian, syahwat dan kemarahan merupakan cobaan bagi manusia. Inilah pintu-pintu syaitan untuk membujuk manusia berbuat dosa dan maksiyat lalu menjerumuskannya ke jurang kehancuran. Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka akan dibukakan untuknya pintu taubat, penyesalan, kesungguhan untuk kembali ke jalan-Nya dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menghamba dan memperbanyak do’a dan amal kebajikan sehingga akan terbuka pintu rahmat-Nya.

Keempat: Jiwa dan raga yang istiqamah, lurus dan konsisten. Ini bisa terwujud melalui dua cara, yaitu:

1- Cinta kepada Allah s.w.t. melebihi cinta kepada selain-Nya. Di dalam berpuasa, ketika suatu perkara yang disenangi bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, maka orang yang berpuasa tersebut akan medahulukan cintanya kepada Allah dan menahan dirinya dari yang di haramkan.

2- Menghormati dan mentaati perintah dan larangan-Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan menjauhi apa yang dilarang. Seorang mukmin pasti sadar bahwa mentaati perintah dan menjauhi larangan semata timbul dari sikap pemuliaan terhadap pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah s.w.r. sendiri.

Maka kualitas suatu amal di sisi Allah bergantung pada seberapa jauh kadar kemurnian dan keikhlasan hati seseorang dalam beriman, ikhlas, mahabbah dan cintanya kepada Allah. Inilah yang nantinya, dengan izin Allah, dapat melebur dosa-dosa. Kelima: Anjuran untuk memperbanyak dzikir. Rasulullah s.a.w. berkata: “Tidakkah aku memberitahukan pada kalian tentang amal yang paling mulia disisi Tuhan kalian (Allah), derajatnya tertinggi di antara amal kalian. Amal tersebut lebih mulia dibanding menginfakkan emas dan perak, lebih mulia dari pertempuran dengan musuh kalian, hingga kalian meninggal secara syahid)”. Para sahabat menjawab: “Dengan senang hati, ya Rasulallhoh”. Maka Rasulullah s.a.w. berkata: “Amal tersebut adalah dzikir kepada Allah Yang Mulia”.

Beberapa faidah dzikir:

1.Dengan berdzikir akan memberi daya ingat yang kuat sehingga terkadang seseorang mampu melakukan pekerjaan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya tanpa dzikir.

2. Dengan berdzikir akan memudahkan seseorang dalam menghadapi kesulitan, meringankan melaksanakan pekerjaan berat.

3. Dzikir kepada Allah s.a.w. merupakan salah satu pertolongan Allah kepada hamba-Nya, dengan ketaatan tersebut Allah akan membalas dengan cinta-Nya dan memudahkan perkaranya.

4. Allah sangat membanggakan orang orang yang berdzikir di hadapan Malaikat.

5. Berdzikir kepada Allah merupakan penyejuk hati sekaligus sebagai penyembuh penyakit-penyakit hati. Lupa adalah penyakit hati, di dalam hati ada sesuatu yang keras, tidak ada yang bisa mencairkan dan tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali dengan berdzikir.

6. Dzikir adalah inti dari rasa syukur seseorang. Orang tidak akan bersyukur kepada Allah kalau ia ia tidak berdzikir kepada-Nya.

7. Dzikir ibarat sebuah pohon yang berbuah ma`rifah bagi mereka yang menempuh jalan rohani (as-salik). Maka untuk menggapai kenikmatan buah tersebut, tidak ada jalan lain kecuali dengan berdzikir.

8. Dzikir akan mengingatkan seseorang akan kerugian di hari Kiamat.

9. Dengan berdzikir akan menghidupkan hati, menyejukkan jiwa, menguatkan ruh dan menambah rasa takut akan Tuhanya (Allah).

10. Menjauhkan diri dari omongan yang keji dan munkar.

Niat Tidak Boleh dirangkap

Dalam melakukan ibadah wajib sebagaimana halnya puasa Ramadlan, niat tidak boleh dirangkap. Demikian pula tentu dalam hal mengqadla puasa Ramadan. Karena qadla puasa (Ramadlan) hukumnya wajib, maka niatnya pun tidak boleh dirangkap.

Kaidah ini (tidak boleh merangkapkan niat) berlaku dalam ibadah apa saja, baik antara wajib dengan sunat, antara wajib dengan wajib, dan antara sunat dengan sunat. Hanya saja ada beberapa ibadah tertentu, menurut sebagian ulama, boleh dirangkap niatnya. Seperti seorang yang mandi junub pada pagi hari Jum'at, boleh merangkapkan niatnya dengan mandi Jum'at. Orang yang haji boleh merangkapnya dengan niat 'umrah. Salam dari salat sambil meniatkannya salam kepada orang lain di dekatnya. Dan sebagainya.
Mari ikutan berdakwah lewat web ini Salurkan rizki anda di DDW(Donasi Dakwah lewat Web) ke: Rek. BCA a/n Galih Gumelar : 658 017 3053 (bisa tranfer antar bank yg online)
Donasikan sebagian rezeki anda dengan berinfaq shodaqoh, wakaf atau berzakat di Donasi aura insani melalui tranfer ke Rek. BCA a/n. Galih Gumelar : 658 017 3053 (bisa tranfer antar bank yg online) atau datang langsung ke Graha Glest, Jl. Utama Ujung 339-350 Komp. P&K Cipondoh Indah Tangerang Banten Indonesia 15148 Telp. 021-5549023 atau 021- 70522100.
Bookmark and Share